MOP SMKN 1 Banyusari Menjadi Penutup Rangkaian MPLS Pancawaluya
KARAWANG // Suasana malam di halaman SMKN 1 Banyusari Kabupaten Karawang, Jumat (18/07/2025), mendadak berubah hening dan khidmat saat seluruh lampu dipadamkan menjelang penyalaan api unggun. Ratusan pasang mata, baik dari peserta Masa Orientasi Pramuka (MOP) maupun wali murid yang turut hadir, larut dalam keheningan sebelum akhirnya bergemuruh oleh tepuk tangan ketika api menyala dan menjulang tinggi.
Kegiatan Masa Orientasi Pramuka (MOP) ini menjadi penutup rangkaian Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) bertema Pancawaluya, yang telah dilaksanakan sejak tanggal 14 Juli lalu. Dalam kegiatan ini, hadir pula unsur Babinsa TNI, Polri, dan Trantib Desa Gempol yang memonitor langsung jalannya acara sebagai bentuk sinergi dalam pembinaan generasi muda.
Sebelum api unggun dinyalakan, para siswa yang baru bergabung di SMKN 1 Banyusari menampilkan pembacaan Dasa Darma Pramuka dengan lantang dan penuh penghayatan. Sepuluh nilai luhur Pramuka seperti takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, cinta alam dan sesama manusia, hingga suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan diucapkan satu per satu, mencerminkan semangat karakter yang ingin ditanamkan sejak dini.
Kepala SMKN Banyusari H.Abdul Haris diwakili Wakasek Kesiswaan, Nana Supriatna, secara simbolis menyalakan api unggun yang disambut meriah oleh seluruh peserta dan orang tua. Dalam sambutannya, Nana menjelaskan bahwa MPLS tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, karena tidak hanya mengenalkan lingkungan sekolah, tetapi juga memperkuat nilai-nilai karakter melalui kegiatan Pramuka dan tradisi Pancawaluya.
“MPLS ini bertujuan agar anak-anak lebih mengenal lingkungan SMK 1 Banyusari, mempererat tali silaturahmi dari latar belakang sekolah yang berbeda, dan menanamkan nilai-nilai Pancawaluya, yaitu cageur, bageur, bener, pinter, dan singer. Singer itu artinya kreatif dan inovatif,” ujar Nana.
Ia juga menambahkan bahwa antusiasme wali murid dalam acara ini sangat tinggi. Banyak dari mereka hadir langsung untuk menyaksikan anak-anak mereka tampil dan mengikuti acara api unggun yang menjadi puncak kegiatan.
”Luar biasa sekali. Biasanya acara api unggun tidak seramai ini. Tapi tahun ini, jumlah peserta dan partisipasi orang tua membludak,” katanya.
Api unggun malam itu tidak hanya menjadi simbol semangat, tetapi juga media edukasi. Nana menegaskan bahwa tradisi api unggun dalam kegiatan Pramuka bukanlah ritual tanpa makna, melainkan simbol perjuangan, semangat, dan perlindungan, seperti halnya zaman dahulu ketika api digunakan untuk mengusir hewan buas dan memberi kehangatan di hutan.
“Api unggun ini adalah tradisi yang penuh makna. Ini bukan penyembahan api, tapi simbol dari semangat yang harus terus membara di dalam diri kita sebagai pelajar. Semangat untuk belajar, untuk berkarya, dan untuk berinovasi,” jelasnya.
Setelah penyalaan api unggun, acara dilanjutkan dengan penampilan tari tradisional dari siswa-siswi kelas 10, yang disambut tepuk tangan hangat dari para hadirin. Penampilan ini tidak hanya memperkaya muatan lokal dalam kegiatan MPLS, tetapi juga menjadi sarana untuk mengekspresikan kreativitas siswa dalam bidang seni dan budaya.
Seluruh rangkaian kegiatan MPLS ditutup dengan penuh haru dan semangat. Kepala sekolah dan seluruh jajaran tenaga pendidik menyampaikan apresiasi kepada para orang tua yang telah mempercayakan anak-anaknya belajar di SMK Negeri 1 Banyusari.
“Meski secara fisik SMK 1 Banyusari ini tampak sederhana, tapi dari tahun ke tahun, jumlah siswa terus meningkat. Ini menunjukkan kepercayaan masyarakat yang semakin tinggi. Kami akan terus mendidik dengan sepenuh hati, menggunakan metode-metode pembelajaran terbaik agar anak-anak betah dan berkembang di sini,” tambah Nana.
Acara Masa Orientasi Pramuka yang berlangsung meriah ini menjadi penegas bahwa SMKN 1 Banyusari tidak hanya mengutamakan pendidikan akademik, tetapi juga pembangunan karakter dan pembinaan moral yang kuat sebagai bekal generasi penerus bangsa.
(Irwan)